EOSINOFILIA
NAMA
KELOMPOK :
Desye
Lestari (14838)
Dewa
Ayu Diah Iswari (14839)
Fransiskus
Moa Roys (14841)
Hani
Putri Sholekhah (14842)
I
Agus Adi Gunawan (14843)
Indah
Hardiyanti (14844)
AKADEMI ANALIS KESEHATAN MANGGALA YOGYAKARTA
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah saya panjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya kepada
kita semua. Terima kasih saya sampaikan pada semua pihak yang membantu
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini membahas tentang “EOSINOFILIA“
Dibutuhkan kerjasama untuk menyusun makalah ini.Oleh karena itu saya berusaha
menggalang kerjasama dengan semua pihak untuk kelancaran dan keberhasilan
pembuatan makalah ini. Selain itu, saya juga mengharap kritik dan saran dari
semua pihak yang dapat saya jadikan koreksi dalam pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan dengan sebaik mungkin sehingga
akan memberikan hasil yang memuaskan dan sesuai keinginan pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………
2
Daftar isi………………………………………………………………………………..
3
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang………………………………………………………………… 4
B.
Rumusan Masalah……………………………………………………………...
5
C.
Tujuan……………………………………………………………………….....
5
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Deskripsi……………………………………………………………………....
6
B.
Etiologi……………………………………………………………………..….
8
C.
Profil……………………………………………………………………..…….
9
D.
Kasus
…………………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Eosinofil (eosinophil, acidophil) adalah
sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam sistem kekebalan
dengan melawan parasit multiselular dan beberap infeksi pada makhluk
vertebrata. Bersama-sama dengan sel biang, eosinofil juga ikut mengendalikan
mekanisme alergi.
Eosinofil terbentuk pada
proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang sebelum bermigrasi ke
dalam sirkulasi darah.
Eosinofil mengandung
sejumlah zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil peroksidase, ribonuklease,
deoksiribonuklease, lipase, [[plasminogen] dan beberapa asam amino yang dirilis
melalui proses degranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Zat-zat ini bersifat
toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh. Eosinofil merupakan sel substrat
peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan racun oleh eosinofil
diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan yang tidak diperlukan.
Individu normal mempunyai
rasio eosinofil sekitar 1 hingga 6% terhadap sel darah putih dengan ukuran
sekitar 12 – 17 mikrometer.
Eosinofil dapat ditemukan
pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks otak besar dan timus, dan
di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph nodes.
Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada
kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda
adanya suatu penyakit. Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama
8-12 jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila
tidak terdapat stimulasi.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Deskripsi Eosinofilia?
2.
Etiologi Eosinofilia?
3.
Profil Eosinofilia?
4.
Kasus Eosinofilia?
C.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui deskripsi
dari Eosinofilia
2. Untuk mengetahui etiologi
Eosinofilia
3. Untuk mengetahui profil
Eosinofilia
4. Untuk mengetahui kasus Eosinofilia
BAB II
PEMBAHASAN
- DESKRIPSI
Eosinofil merupakan salah satu
jenis leukosit yang terlibat dalam alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam
tubuh, dan jumlahnya 1 - 2% dari seluruh jumlah leukosit. Nilai normal dalam
tubuh: 1 - 4%. Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi
parasit, kankertulang, otak, testis, dan ovarium. Penurunan eosinofil terdapat
pada kejadian shock, stres, dan luka bakar.
Eosinofil berperan aktif
dalam mengatur alergi akut dan proses pembarahan, mengatur investasi parasit,
dan memfagositose bakteri, antigen-antibodi kompleks, mikoplasma dan ragi. Juga
mengandung histaminase, yang mengaktifkan histamin dan pelepasan serotonin dari
sel tertentu, juga melepas zinc yang menghalangi agregasi trombosit dan migrasi
makrofag. Ada beberapa indikasi bahwa leukosit eosinofil dapat memperbesar
koagulasi dan fibrinolisis dan menghambat granulopoiesis.
Bila jumlah eosinofilnya sangat
tinggi di dalam darah,maka disebut eosinofilia. Eosinofilia bukan merupakan
suatu penyakit, tetapi merupakan respon terhadap suatu penyakit. Peningkatan
jumlah eosinofil dalam darah biasanya menunjukkan respon yang tepat terhadap
sel-sel abnormal, parasit atau bahan-bahan penyebab reaksi alergi (alergen).
Setelah dibuat di dalam sumsum tulang, eosinofil akan memasuki aliran darah dan
tinggal dalam darah hanya beberapa jam, kemudian masuk ke dalam jaringan di
seluruh tubuh. Jika suatu bahan asing masuk ke dalam tubuh, akan terdeteksi
oleh limfosit dan neutrofil, yang akan melepaskan bahan untuk menarik eosinofil
ke daerah ini. Eosinofil kemudian melepaskan bahan racun yang dapat
membunuh parasit dan menghancurkan sel-sel yang abnormal.
- ETIOLOGI
Setelah dibuat di dalam sumsum tulang,
eosinofil akan memasuki aliran darah dan tinggal dalam darah hanya beberapa
jam, kemudian masuk ke dalam jaringan di seluruh tubuh. Jika suatu bahan asing masuk ke dalam tubuh, akan
terdeteksi oleh limfosit dan neutrofil, yang akan melepaskan bahan untuk menarik eosinofil
ke daerah ini. Eosinofil kemudian melepaskan bahan racun yang dapat membunuh
parasit dan menghancurkan sel-sel yang abnormal.
- PROFIL
Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang
terjadi pada sumsum tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah. Eosinofil dapat
ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks otak besar dan
timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph nodes.
Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada
kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda
adanya suatu penyakit.
Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah
selama 8-12 jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan
apabila tidak terdapat stimulasi.
Sel ini serupa dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya
lebih kasar dan berwarna lebih merah gelap (karena mengandung protein basa) dan
jarang terdapat lebih dari tiga lobus inti. Mielosit eosinofil dapat dikenali
tetapi stadium sebelumnya tidak dapat dibedakan dari prekursor neutrofil. Waktu
perjalanan dalam darah untuk eosinofil lebih lama daripada untuk neutropil.
Eosinofil memasuki eksudat peradangan dan nyata memainkan peranan istimewa pada
respon alergi, pada pertahanan melawan parasit dan dalam pengeluaran fibrin
yang terbentuk selama peradangan.
Jumlah eosinofil meningkat selama alergi dan infeksi parasit.
Bersamaan dengan peningkatan steroid, baik yang diproduksi oleh kelenjar
adrenal selama stress maupun yang diberikan per oral atau injeksi, jumlah
eosinofil mengalami penurunan.
Jumlah eosinofil pada kondisi normal berkisar antara 1-3 % atau 0.1-0.3
x10^3/mmk. Peningkatan jumlah eosinofil (disebur eosinofilia) dapat dijumpai
pada alergi, pernyakit parasitic, kanker (tulang, ovarium, testis, otak),
feblitis, tromboflebitis, asma, emfisema, penyakit ginjal.
- KASUS
Eosinofilia bukan merupakan suatu
penyakit, tetapi merupakan respon terhadap suatu penyakit. Peningkatan jumlah
eosinofil dalam darah biasanya menunjukkan respon yang tepat terhadap sel-sel
abnormal, parasit atau bahan-bahan penyebab reaksi alergi (alergen).
Setelah dibuat di dalam sumsum tulang,
eosinofil akan memasuki aliran darah dan tinggal dalam darah hanya beberapa
jam, kemudian masuk ke dalam jaringan di seluruh tubuh.
Jika suatu bahan asing
masuk ke dalam tubuh, akan terdeteksi oleh limfosit dan neutrofil, yang akan
melepaskan bahan untuk menarik eosinofil ke daerah ini.
Eosinofil kemudian melepaskan bahan racun yang dapat
membunuh parasit dan menghancurkan sel-sel yang abnormal.
Ada beberapa Sindrom
yang terjadi akibat Eosinofilia, antara lain:
1.
SINDROMA HIPER-EOSINOFILIK IDIOPATIK
Sindoma
hiper-eosinofilik idiopatik adalah suatu penyakit dimana jumalh eosinofil
meningkat sampai lebih dari 1.500 sel/mikroL darah selama lebih dari 6 bulan
tanpa penyebab yang jelas. Penyakit ini bisa mengenai usia berapapun, tetapi
lebih sering menyerang pria diatas 50 tahun. Peningkatan jumlah eosinofil bisa
merusak jantung, paru-paru, hati, kulit dan sistem saraf. Misalnya jantung bisa
mengalami peradangan (suatu keadaan yang disebut endokarditis L?ffler), yang
menyebabkan terbentuknya bekuan darah, gagal jantung, serangan jantung atau
kelainan fungsi katup jantung.
Gejalanya tergantung kepada organ mana yang
mengalami kerusakan.
Gejalanya
bisa berupa:
Ø
penurunan berat badan
Ø
demam
Ø
keringat pada malam hari
Ø
kelelahan menyeluruh
Ø
batuk
Ø
nyeri dada
Ø
pembengkakan
Ø
sakit perut
Ø
ruam kulit
Ø
kelemahan
Ø
linglung
Ø
koma
Diagnosis ditegakkan jika peningkatan jumlah
eosinofil yang bersifat menetap ditemukan pada orang-orang yang memiliki
gejala-gejala tersebut. Sebelum dimulainya pengobatan, harus yakin bahwa
penyebabnya bukan infeksi parasit ataupun suatu reaksi alergi. Tanpa pengobatan,
biasanya lebih dari 80% penderita meninggal dalam waktu 2 tahun. Dengan
pengobatan, lebih dari 80% penderita yang bisa bertahan hidup. Penyebab utama
dari kematian adalah kerusakan jantung.
Beberapa penderita tidak memerlukan
pengobatan selain pengawasan ketat selama 3-6 bulan; sedangkan sebagian besar
penderita memerlukan pengobatan dengan prednison atau hidroksiurea. Jika
pengobatan ini gagal, digunakan obat lainnya yang bisa digabungkan dengan suatu
prosedur untuk membuang eosinofil dari darah (leukoferesis).
2. SINDROMA
EOSINOFILIA-MIALGIA
Sindroma eosinofilia-mialgia adalah sutu penyakit
dimana eosinofilia disertai dengan nyeri otot, kelelahan, pembengkakan, nyeri
sendi, batuk, sesak nafas, ruam kulit dan kelainan neurologis. Sindroma ini
muncul pada awal tahun1990, yaitu pada orang-orang yang mengkonsumsi sejumlah
besar triptofan, yang merupakan suatu produk toko makanan sehat yang populer,
yang kadang dianjurkan oleh dokter untuk menambah tidur.
Kemungkinan penyebabnya adalah pencemaran pada
produk tersebut, bukan triptofannya sendiri. Sindroma ini bisa berlangsung
selama beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah pemakaian triptofan
dihentikan dan bisa menyebabkan kerusakan saraf yang menetap, bahkan kematian.
Obatnya tidak diketahui, biasanya penderita dianjurkan untuk menjalani
rehabilitisi fisik.
DAFTAR PUSTAKA
- Frances
K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., Tinjauan Klinis Atas
Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta,
1992.
- Joyce
LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik,
EGC, Jakarta, 2007.
- Laboratorium
Patologi Klinik FK-UGM, Tuntunan Praktikum Hematologi, Bagian
Patologi Klinik FK-UGM, Yogyakarta, 1995.
- R.
Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Bandung,
1992.
- Ronald
A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan
Dewi Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, 2004.
- http://id.wikipedia.org/wiki/Eosinofil
- Daniela
Tagliasacchi and Giorgio Carboni, Let's Observe The Blood Cells, 1997 on
Fun
- Science
Gallery.